Fenomena pemberian kupon sembako oleh calon legislatif (caleg) menjelang pemilu atau pilkada sudah menjadi bagian dari tradisi politik di beberapa daerah. Dengan menggunakan pendekatan yang tampaknya bersifat sosial, caleg membagikan kupon sembako kepada masyarakat, yang bisa ditukarkan dengan berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, dan tepung. Di satu sisi, tindakan ini memang memberikan manfaat langsung bagi warga, terutama yang berada dalam kondisi ekonomi sulit. Namun, di sisi lain, praktik ini menimbulkan sejumlah pertanyaan terkait dengan etika politik dan dampaknya terhadap integritas demokrasi.
Kupon sembako yang dibagikan oleh caleg seringkali dipandang sebagai strategi untuk meraih simpati rakyat. Dengan memberikan sembako murah atau bahkan gratis, mereka berharap dapat memperoleh dukungan suara di hari pemungutan suara nanti. Namun, meskipun tampak sebagai bentuk kepedulian sosial, ada yang berpendapat bahwa pembagian kupon erek-erek 4d sembako semacam ini lebih banyak bertujuan untuk membeli suara rakyat, terutama mereka yang berada dalam lapisan masyarakat paling rentan. Ini menciptakan ketidaksetaraan dalam pemilu, di mana keputusan politik justru dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi sesaat, bukan berdasarkan visi dan misi yang sesungguhnya.
Praktik ini juga mengundang kritik dari sejumlah kalangan yang menilai bahwa pemberian kupon sembako tidak lebih dari bentuk politik transaksional. Alih-alih membangun kesadaran politik dan demokrasi yang matang, pembagian sembako cenderung merendahkan nilai-nilai politik itu sendiri. Masyarakat seharusnya didorong untuk memilih berdasarkan kualitas calon legislatif, rekam jejak mereka, serta visi mereka untuk membangun daerah atau negara, bukan karena iming-iming hadiah atau bantuan sementara. Jika politik hanya dilihat sebagai transaksi barang untuk suara, maka kualitas demokrasi akan semakin tergerus.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa bagi sebagian masyarakat, bantuan berupa sembako dari caleg sangat dirasakan manfaatnya, terutama menjelang hari raya atau dalam masa sulit ekonomi. Di sinilah peran edukasi politik menjadi sangat penting. Warga harus diajak untuk melihat politik sebagai wadah untuk mencari solusi jangka panjang, bukan sekadar keuntungan sesaat. Pemberian kupon sembako oleh caleg seharusnya menjadi titik tolak untuk lebih memahami mekanisme pemilu yang sehat, di mana hak suara dijaga dengan baik tanpa ada tekanan dari segi materi.